Senin, 08 Oktober 2007

Memory 2005: Catatan Perjalanan dari Negeri Seribu Klenteng

Semarakkan HUT RI ke-60,
Pendakian hingga ke penyuluhan pun jadi Alternatif

Oleh : Hendrikus Adam Barage Repo*
Banyak jalan menuju Roma. Kata bijak ini seakan begitu pas dengan kondisi menjelang peringatan Dirgahayu kemerdekaan RI ke-60 beberapa waktu lalu. Setidaknya beragam hal yang dilakukan warga diseluruh penjuru tanah air dalam menyongsong pesta kemerdekaan tersebut dan tidak terkecuali di Kalimantan Barat. Seperti halnya semarak menjelang peringatan kemerdekaan di Kota Amoy, Singkawang. Gema kemerdekaan pun seakan membahana manakala disetiap penjuru rumah, jalan dan kantor instansi terkait disulap dengan hiasan warna warni merah putih, tetap menjadi warna yang senantiasa mendominasi di setiap sudut sejauh mata memandang, di pserimpangan, jalan bahkan hingga kerumah-rumah. Dalam rangka mengenang peristiwa bersejarah sepanjang perjuangan bangsa itu pula, di kota yang belakangan juga dikenal sebagai Negeri Seribu Klenteng ini diwarnai dengan berbagai kegiatan masyarakat seperti kebanyakan, mulai dari masyarakat biasa hingga ke Pejabat pemerintahan turut andil.


Berbeda dengan aksi peringatan HUT RI seperti kebanyakan, sekelompok orang yang tergabung dalam team Gerakan Pencinta Alam (GEMPA) Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik Untan dan Sispala Kenyalang, SMA Talenta Singkawang kemarin (15-20 /8) lalu melakukan serangkaian kegiatan pendakian di Gunung Pasi Singkawang dan seminar. Kegiatan pendakian yang dilangsungkan mulai tanggal 15 Agustus 2005 sore kala itu, dimulai sekitar jam 15.00 wiba bertolak dari kompleks perumahan peteran di Jalan Ali Anyang Singkawang menuju terminal dan kemudian meluncur menuju lokasi yakni Gunung Pasi. Sebelum mendaki, team yang beranggotakan sebelas orang itu sempat pamitan dengan aparatur Desa (pasi) setempat dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan menyusuri jalan diperkampungan Sempalit, tepat di simpang Klenteng. Karena sinar sang surya yang tadinya menyengat telah berubah tertelan kegelapan, teampun harus mengeluarkan alat penerang. Sesekali mereka harus mencari tempat alternatif perlindungan yang aman, karena disuasana malam kurang memungkinkan untuk terus melakukan perjalanan. Akhirnya, tepat pukul tujuh kurang lima menit kala itu, mereka sampai pada sebuah tempat dibagian bukit kaki Gunung Pasi yang tampak megah. Ukiran aksara khas Cina dan dominasi warna merah tampak jelas disana. Sementara dibagian sedikit agak kebukit bangunan itu, tampak megah pula satu bangunan lainnya lagi yang masih dalam proses perampungan. Inilah salah satu Klenteng tempat warga Tionghoa melakukan ritual doa kepada roh para leluhur mereka, Dewi Quan Im (dewi Suci) yang konon sudah berusia kurang lebih 50 tahun. Ditempat inilah, tepat di pelaminan kosong masih disekitar lokasi Klenteng, Team GEMPA-SISPALA KENYALANG harus beristirahat setelah sebelumnya atas ijin penjaga Klenteng diperbolehkan.

Suasana malam tampak kusuk dan tanpa terasa kian larut dalam dekapan sang kegelapan. Setelah melakukan persiapan malam dan breafing untuk agenda esok harinya, masing-masing anggota dalam team itu dengan spontannya mengambil posisi masing-masing untuk beristirahat. Sementara diantaranya, juga ada yang masih asik dengan obrolan dan suasana malam di kaki Gunung, entah sampai kapan baru kembali turut terbaring. Malam terus berlalu dan bergulir seiring dengan perjalanan sang waktu, tanpa terasa tanda-tanda pagi pun mulai terlihat. Satu persatu diantaranya mulai terjaga dari tidurnya. Kesibukan mulai tampak manakala masing-masing harus menyiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan perjalanan. Sedikit melenceng lebih dari tiga puluh menit dari jadwal sebelumnya dalam breafing yang harus sudah berangkat tepat pukul enam pagi, team akhirnya melanjutkan perjalanan menyusuri arah matahari terbit sebelah bukit Klenteng. Dalam perjalanan, team harus siap menghadapi kondisi alam dengan jalan yang masih harus di rintis untuk mencari jalan alternatif. Semak belukar dan tumbuhan sejenisnya masih mendominasi dalam perjalanan. Sesekali team harus beristirahat dalam lelah. Jerigen air yang dibawa terkadang harus dikuras untuk melepas haus. Jalur yang diwarnai dengan bukit dan lembah itu mesti dilewati dengan ekstra hati-hati. Beberapa bukit yang dilewati diantaranya adalah Bukit Bunan. Dalam bahasa daerah setempat bunan adalah buah papaya. Entah apa asal muasalnya hingga harus disebut demikian. Setelah melakukan perjalanan yang lumayan panjang, dengan sisa tenaga dan semangat yang masih ada meski terkadang harus beristirahat beberapa kali, sekitar pukul 13.00 wib kurang sedikit, team akhirnya sampai disuatu puncak.. Dipuncak itu team yang terdiri dari GEMPA FISIP UNTAN dan Sispala KENYALANG segera mendirikan tempat perlindungan buatan “BIVAK” sementara yang lainnya sibuk mengeluarkan dan mempersiapkan segala perbekalan yang dibawa sedari rumah. Setelah segala sesuatunya telah terselesaikan, masing-masing sibuk dengan berbagai aktivitas ala Pencinta alam (PA) sambil menikmati indahnya pemandangan Puncak Gunung Pasi. Di Puncak itu pula diberlakukan sistem ronda malam. Setiap team dibagi kelompok jaga masing-masing sesuai waktu yang telah ditentukan hingga menjelang pagi harinya. Hujan deras yang menguyur negeri seribu Klenteng, juga turut dirasakan team tepat dipuncak Pasi. Kabut awan putih yang menyelimuti suasana puncak tampak asap yang tak kunjung hilang. Pagi hari tanggal 17 Agustus 2005 tepat pukul 06.00 wib, semua team masing-masing sibuk dengan persiapan pribadi dengan atribut yang mesti dikena kan untuk mengikuti upacara bendera peringatan HUT RI ke-60. Tepat pukul 07.00 wib, sebagaimana kesepakatan bersama, upacara bendera ala GEMPA-KENYALKANG pun dimulai dan berlangsung khidmat selama kurang lebih 45 menit. “Puncak Pasi menjadi saksi bisu rangkaian upacara tersebut, sebagai ajang refleksi semangat nasionalisme atas pengorbanan para perintis dan pejuang kemerdekaan”. Selang beberapa waktu kemudian, tepat pukul 10.00 wib, kembali dilangsungkan upacara pembacaan salinan Teks Proklamasi yang disimak bersama segenap team kala itu. Salut sekaligus sebuah kebanggaan dan bahkan cukup menarik, dimana dalam upacara tersebut team sispala KENYALANG lengkap menggunakan atribut sekolah (putih-abu2), hingga upacara sederhana tersebut bak sebuah upacara formal seperti kebanyakan.

Setelah pembacaan teks kemerdekaan dan persiapan lainnya, acara hiburan dalam memeriahkan pesta kemerdekaan pun dimulai. Setiap orang yang tergabung dalam team tidak luput dari kegiatan hiburan lomba panjat pohon dan lomba pukul botol mata di tutup bandana, kecuali seorang diantaranya yakni Fredi W.A Lantu. S. Sos (ALB GEMPA dan sekaligus Pembina Sispala KENYALANG) yang tidak dapat berpartisipasi, karena kondisi badannya yang kurang bersahabat kala itu. Usai semuanya, sekitar pukul 12.00 wib kurang, team akhirnya harus kembali bersiap-siap meninggalkan Puncak dan untuk kemudian turun Gunung dengan melewati jalur awal pendakian. Dalam perjalanan dikaki bukit, tempat diperistirahatan semula, team kembali menyempatkan diri untuk mampir sekaligus pamitan pada penjaga Klenteng Quan Im. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju arah jalan besar dan tiba dirumah jalan Alianyang sekitar pukul 18.15 wib, dengan mengendarai alat angkut roda empat.

Siang, sehari setelah peringatan kemerdekaan, pada kamis 18/8 tidak terkecuali segenap elemen masyarakat di Kota Amoy Singkawang beberapa waktu lalu turut menyemarakkan HUT kemerdekaan. Ribuan lautan manusia dengan berbagai seragam dan atribut mulai dari petani, masyarakat biasa, ormas, instansi pemerintah/swasta, Organisasi kepemudaan melakukan karnaval disepanjang kota. Kegiatan tersebut berawal dari lapangan Tarakan Singkawang melintasi jalan dipusat kota hingga sampai usai di Mess Pemda setempat. Menariknya dari kegiatan tersebut setiap elemen peserta menyuguhkan atraksi masing-masing, juga wajah pluralisme tampak jelas dari beragam atribut budaya masyarakat yang dikenakan kala itu, mulai dari pakaian adat dayak, melayu, Tionghoa, Jawa, Madura dan berbagai seragam budaya masyarakat lainnya diperagakan kala itu.

Kegiatan yang dimotori oleh pemerintah kota Singkawang, berhasil merebut simpati warga masyarakat disekitar kota, dan bahkan masyarakat diluar kotapun tidak mau ketinggalan turut meramaikan acara yang setiap tahunnya digelar ini. Arakan kendaraan hias dari berbagai jenis, bentuk dan ukuran serta sesekali dentuman kerbet rakitan terdengan nyaring memecah keramaian dan hiruk pikuk karnaval. Berbagai harapan peringatan HUT RI terpampang jelas dalam setiap spanduk dan kendaraan hias yang mereka ukir. Kegiatan tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 18 atau sehari setelah peringatah HUT kemerdekaan ini berjalan mulus.

Sementara dalam waktu itu pula hingga tanggal 19/8, dua hari sebelum tanggal 20 Agustus, team harus mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan Penyuluhan yang dijadwalkan esok harinya yakni hari sabtu tanggal 20 Agustus 2005. Saatnya waktu penyuluhan/seminar tiba. Di SMA Talenta tepatnya disalah satu ruang kelas, tampat team yang adalah penyelenggara kegiatan tengah sibuk menunggu tamu dan peserta. Sementara tepat dibagian depan sekolahan, dua batang pinang yang telah dimodif dengan luluran oli dan bahan lainnya terpancang tegak, dengan berbagai pernik tergantung diatasnya siap untuk dilombakan. Tepat pukul 13.00 wib kegiatan itu diawali dengan acara pembukaan, yang kala itu langsung dibuka oleh Drs. Sofian Fachri, M.Si (plh asisten I Kota Singkawang). Turut hadir pula dalam acara ceremonial itu Ketua dan Sekretaris Yayasan GPIB, kepala sekolah SMA Talenta dan sejumlah siswa serta ketiga orang narasumber diantaranya; Akhmad Kismed dari Dinas Kesehatan Kota Singkawang, AKP. M. Abbas (kepala Binamitra) Polres Kota Singkawang dan Praktisi hukum Rosita Nengsih, SH yang juga kepala pengelola Lembaga Konsultasi dan Bantuan hukum Perempuan dan Keluarga PeKa) Kalbar. Kegiatan penyuluhan/seminar berupa dialog Interaktif yang bertajuk “Peran Remaja Dalam Menyikapi Arus Globalisasi, Seks, AIDS dan Narkoba,” itupun usai sekitar pukul 15.40 wib yang dihadiri oleh sebagian besar siswa siswi SMA setempat. Keesokan harinya, tepat pukul 2 siang Team GEMPA FISIP Untan harus kembali ke Pontianak. **


Catatan:
*) Ketua GEMPA FISIP Untan Periode 2004/2005
(GEMPA FISIP Untan Pontianak = Gerakan Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak).

Tidak ada komentar: