Jumat, 25 Juli 2008

Catatan pojok


Terelemenasi sebagai Pemilik Saham?*

By. Hendrikus Adam

Kalimat sederhana yang menjadi judul tulisan diatas mungkin kurang menarik namun bagi saya mengesankan. Pemilik saham, bagi orang kebanyakan barangkali cenderung dimaknai seperti layaknya orang yang kaya (baca; bos) yang menanamkan modalnya pada sebuah perusahaan dan atau dalam bentuk badan usaha lainnya. Namun yang yang dimaksud disini adalah dalam konteks sebagai anggota di sebuah lembaga keuangan simpan pinjam yakni Credit union (CU). Akhir-akhir ini keberadaannya memang telah mulai menggema di beberapa wilayah nusantara. CU di Kalimantan Barat misalnya, kini dikenal sebagai promotornya. Wadah ini diakui telah cukup banyak membantu warga pedalaman dan sekitarnya dalam upayanya membiasakan budaya menabung dikalangan masyarakat pedalaman.

Sebagai salah seorang (pernah tercatat sebagai) anggota CU Pancur Kasih sejak 30 September 1998, maka tentunya label sebagai pemilik saham di CU mestinya tidak harus dianggap aneh bagi seseorang seperti diriku. Namun demikian, saya juga tidak dapat membantah apa lagi membatalkan atas suatu hal yang menjadi keputusan manajemen CU tempatku menabung. Meski sebelumnya saya sendiri pernah bertanya kembali soal status keanggotaan, namun keputusan yang telah dikeluarkan juga tidak dapat diganggu gugat lagi atau telah bersifat final. Saya sadar, bila memang mekanismenya seperti itu, maka saya harus taati dan junjung tinggi. Setiap orang tanpa terkecuali saya alami memang harus taat azas dan aturan. Namun, bagaimana sesungguhnya?

Tak pernah terbayangkan
Suatu pagi di Siantan. Persisnya hari ini, Jumat 25 Juli 2008. Enam hari sudah hari jadiku berlalu. Di kawasan jalan Situt Mahmud, Gg. Selat Sumba III di Pontianak. Tepat dimana sebuah kantor lembaga keuangan rakyat "PANCUR KASIH." Sebuah misteri yang tidak pernah terbayang sebelumnya bagiku sebagai salah seorang pemilik saham (anggota), kini tersibak dan membuatku seakan tidak percaya. Sebuah pengalaman yang kusadari akhirnya tidak perlu ku sesali, apalagi ku tangisi. ”Aku tidak boleh cengeng,” bisik batinku, karena saya memang bukan tipe orang seperti itu. Namun pengalaman ini kualami sebagai "cambuk" untuk terus bangkit, bersemangat dan tetap optimis pada perjalan hidupku mengarungi kehidupan yang sudah pasti akan berliku. Kehidupan yang penuh dengan teka teki dan misteri. Waktu kedepan yang akan menjawabnya. Betapa tidak, ”nomor keberuntungan” yang kuperoleh sejak sepuluh tahun silam harus berakhir. Yah, nomor 011.886 itu tinggal kenangan? Haruskan aku mulai dengan nomor yang baru?

Setiaknya pertanyaan diatas telah terjawab dengan sendirinya. Seorang kasir dengan ramah dan santun mengatakannya demikian. Keputusan itu telah bulat. Saya bisa memastikan itu, karena sebelumnya ia masuk kedalam saat saya meminta pertimbangan dan juga pengertiannya. “Apa masih bisa dipertimbangkan lagikah, saya bermaksud ingin melunasi semua administrasi yang sempat nunggak sebelumnya,” tanyaku sebelum ia masuk.

Jawaban sang kasir saat keluar dari dalam (setelah melakukan konsultasi) menyatakan tabunganku tamat sudah. “Mohon maaf tabungan Bapak telah dianggap hangus berikut jumlah tabungan dan pinjamannya. Dengan demikian, kartu tabungan yang dipegang mohon agar diserahkan kepada kami sekarang, karena itu selanjutnya adalah milik CU Pancur Kasih,” jelasnya dengan nada tegas dan percaya diri.

”Bapak dapat melanjutkan tabungannya dengan memulai menjadi anggota baru serta nomor keanggotaan yang baru pula,” sambungnya memberi arahan.

”Jadi saya harus pakai yang baru, tidak bisa gunakan nomor yang lama lagi?” tanyaku
”Yah benar, nanti silahkan dapatkan formulir seperti biasanya untuk melakukan pendaftaran sebagai anggota baru lagi,” saran sang kasir.

Aku mengerti maksudnya. Aku paham yang disampaikan. Jumlah tabungan dan sisa pinjaman dengan jumlah yang kurang lebih berimbang kala itu harus hangus. Saat itu pula usai mendengarkan arahannya, saya balik kanan menuju belakang dan mengambil posisi duduk-duduk sambil berpikir. ”Bilamana langsung pulang, bagaimana dengan uang yang saat ini ada ditanganku? Bagamanapun, uang yang ada sekarang harus saya sisihkan untuk ditabung dan saya juga sebaiknya mendaftar lagi jadi anggota baru. Tapi bagaimana? Bukankah jadi anggota baru butuh waktu yang tidak hanya sehari saja?,” pikiranku menerawang.

Penjelasan yang disampaikan sang kasir saya pahami meskipun dalam hati saya rasanya saat itu ingin menyampaikan sekali lagi soal kemungkinan pertimbangan lain. Tapi yah, sudahlah. Saya mencoba maklum meski dalam hati terasa berat rasanya. Rasa bersalah dan sadar diri menghampiri diriku. Saat itu pula kartu tabunganpun kuserahkan dengan ikhlas sesuai permintaan kasir. ”Bila itu sudah keputusan manajemen CU baiklah, saya harus junjung tinggi” gumamku dalam hati sambil mengulurkan tangan menyampaikan buku tabungan.

Usai melakukanya saya tidak lantas pergi. Saya kembali tetap bertahan untuk sekedar berpikir sejenak sambil menikmati suasana siang di Kantor CU PK saat itu. Saya saat itu tetap berpikir, bagaimana uang saya mesti ditabung. Dalam benak saya terbesit bahwa masih ada peluang untuk ditabung di Pangari untuk sementara. Disebuah kursi persis berhadapan dengan meja sang kasir, saya istirahat dan menghampiri seorang staf bagian informasi dan pendaftaran. Nama beliau Yan Wira. Saya pernah mendengar namanya saat masih menabung di TP Kayu Tanam semasa di bangku sekolah menengah. “Saya yakin dia sepertinya memang tidak mengenal saya, tapi tidak apalah. Itu tidak penting,” gumamku dalam hati.

Di meja staf CU PK ini, saya mencoba ngobrol dengannya. “Ada apa dek?,” tanyanya. “Saya tadinya mau nabung dan lunasi sisa administrasi sebelumnya namun tidak bisa lagi diapa-apakan dan saya harus memulai baru lagi,” jawabku.

Bersamaan dengan mement tersebut, saya lantas menanyakan seputar informasi keanggotaan baru, termasuk biaya dan lainnya. Untuk menyisihkan tabungan, saya pada saat yang bersamaan mendaftarkan untuk menabung di Pangari dengan nomor rekening (…) yang saat itu juga langsung diproses. Sedikitnya 0,5 juta uang yang saya bawa disisihkan untuk kembali ditabung, sedangkan sisanya saya bawa pulang kembali. Saya juga saat itu membawa formulir pendaftaran untuk keanggotaan baru.

Pasca dari Kantor CU
Usai mendaftar di Pangari dengan membawa oleh-oleh formulir baru, sayapun berlalu. Mulai saat itu saya tidak pernah berpikir dan menganggap bahwa tabungan saya masih ada meskipun rasanya sulit terbayangkan bila akhirnya bisa seperti ini. Dalam benak saya yang terpikir adalah bagimana saya bisa untuk memulai dengan suasana dan tabungan baru kedepan. Mungkin ini memang jalan terbaik dan sebuah kenyataan yang harus dihadapi, dimana saya menyadari memang harus kooperatif. Disatu sisi saya mencoba memahami kalau apa yang telah diputuskan merupakan bentuk dari kerja profesional yang memang harus dijalankan managemen CU. Saya menaruh hormat. Saya paham kondisi itu meskipun disatu sisi masih ada rasa kurang percaya dengan kondisi tersebut. “Kran untuk menabung” yang mulai dirintis sejak studi di Mandor harus terhenti mengalir. Namun itulah, saya menyadari kalau saya harus siap menghadapi kenyataan. Saya pasrah dan tidak pernah berpikir ada harapan lagi untuk tabungan yang telah divonis hangus. Dibalik fenomena dan gejolak batin yang dialami, saya menyadari harus berterima kasih kepada managemen CU, atas keputusan dan sikap profesionalnya dalam menerapkan mekanisme tanpa pandang bulu dan tanpa harus mengetahui persoalan yang kuhadapi saat itu, karena memang aturan harus dijalankan. ”Selamat tinggal tabunganku, smoga lembaga ini semakin dicintai dan bertambah besar serta profesional dalam memberikan pelayanan bagi para anggotanya,” harapku.

Berita Mutasi dari Kasir CUPK TP Siantan
Jika sebelumnya saya tidak pernah membayangkan akan kehilangan hak sebagai pemilik saham dengan nomor BA 011.886, maka kini saya juga tidak pernah membayangkan akan dikonfirmasi lagi mengenai status tabungan yang memang telah diputuskan selesai sudah oleh managemen CU saat itu. Namun suatu ketika beberapa waktu kemudian pasca vonis hangus tabungan, saya dihubungi seorang kasir CU PK. Di handphone nokia second tipe 3530 milikku saat itu tertera jelas nomor hp 08125627842, nomor yang mengaku dari kasir yang saat itu melayani saya.

Dalam obrolan via handphone, sang kasir menyampaikan berita baru. Berita yang bagi ku juga sungguh tidak pernah terbayangkan. Menurut penjelasan pemilik nomor handphone 08125627842, bahwa tabungan saya belum hangus. Ia ”memberi klarifikasi”. “Saya ingin beritahukan kalau tabungan bapak yang kemarin belum hangus, namun telah dimutasikan di CUPK TP Toho karena saat itu bapak sendiri yang meminta untuk dimutasikan kesana,” jelasnya.

Spontan saya jadi tambah bingung kala itu saat atas apa yang beliau katakan. Saya membayangkan kondisi ini makin tambah sulit dimengerti saja. ”Seperti dipengadilan saja, yang bisa berubah kapanpun,” pikirku sejenak dalam hati.. Saat itu bagi saya dan juga bagi managemen CU melalui Kasir sudah jelas disampaikan bahwa sisa tabungan saya telah hangus berikut kartu kepemilikan tabungan telah diserahkan kepada pihak CU. Saya juga tidak habis pikir atas pernyataan kasir yang menurutnya tabungan saya dimutasikan ke TP Toho atas permintaan saya. ”Kapan saya meminta demikian? Rasanya tidak pernah. Yah memang tidak pernah sama sekali” bantahku dalam hati yakin karena memang tidak pernah meminta demikian.

Dalam perbincangan, saya menanggapi sang kasir dengan nada tenang; ”Ibu, kok bisa begini yah? Bukankah kemarin telah jelas disampaikan kalau sisa tabungan saya telah dianggap hangus? Dan bahkan kartu tabungan saya juga telah diminta dikembalikan ke CU. Juga tidak ada informasi mengenai mutasi seperti yang ibu sampaikan saat itu. Sekedar diketahui, kalaupun harus dimutasikan, saya merasa tidak pernah meminta untuk demikian (dimutasikan ke TP Toho), karena hingga saat inipun saya masih di Pontianak. Saya tidak pernah meminta dimutasikan kesana. Saya berharap ibu untuk dapat dipikirkan/pertimbangkan kembali. Saya tidak ingin ini kemudian menjadi panjang masalahnya dan berimbas pada hal yang kurang baik.”

"Saya minta maaf, iya tadi saya sudah lapor kepada manager dan beliau bilang kalau bapak mau nanti bisa di mutasikan lagi ke Siantan. Saya minta maaf sekali lagi. Trima kasih atas saran bapak kepada kami khususnya kepada saya." jawab sang kasir menutup pembicaraan. ”Baik terima kasih untuk beritanya, saya akan pikirkan. Silahkan pertimbangkan lagi yah,” jelasku menjawab.

Pembenaran atas Ketidakbenaran
Berita mengenai dimutasikannya tabungan saya dan atas permintaan saya seperti disampaikan sang kasir setelah sebelumnya dinyatakan hangus, bagi saya memang belum clear. Saat sang kasir menyampaikan pesan dari manager kalau tabungan yang menurutnya telah dimutasikan bisa dimutasikan kembali ke Siantan, seolah ada sebuah pembenaran atas ketidakbenaran mengenai berita mutasi di TP Toho yang dianggap atas permintaan saya. Apa lagi sebelumnya juga sang kasir telah menyatakan tabunganku hangus dengan sendirinya saat itu di CUPK TP Siantan.

Kondisi seperti ini yang kemudian membuat saya tidak habis pikir dan tidak ingin memperpanjang soal, apalagi sampai berdampak luas dan kurang baik. ”Setelah tabunganku diputuskan hangus, kok kemudian dibilang telah dimutasikan ke Toho atas permintaan saya? Padahal saya tidak pernah sama sekali meminta dimutasikan kesana. Saya juga telah menyampaikan, kalau memang tidak pernah meminta untuk dimutasikan. Tapi tidak ada klarifikasi soal ketidakbenaran ini. Atau ini (pencabutan putusan) dilakukan sebagai bentuk reward special, karena saya selama ini turut mempromosikan tanggapan positif dan kesaksian para anggota CU melalui media yang ada. Tapi kenapa juga tidak pernah disampaikan bila memang demikian? Akh tidak mungkin demikian. Saya tidak boleh berpikir terlalu jauh dan mengada-ada. Karena saya juga akan sangat hormat dan menghargai kerja-kerja profesional para staf CU dalam melayani anggota dengan sepenuh hati, tanpa melihat latar belakangnya. Saya berharap semuanya tidak berdampak luas dan waktulah yang akan menjawab teka teki ini,” pikirku dalam sebuah permenungan.

Terima surat dari Toho
Waktu berjalan begitu alami, sehingga suatu ketika sayapun akhirnya mendapat berita dari sebuah surat yang dititipkan melalui seorang teman. Surat itu dari managemen CUPK TP Toho yang ditandatangani staf CU setempat. Surat tersebut untuk kali kedua kuterima….(bersambung)

*) sebuah catatan seorang "pengembara" dari pesolok kampung di Kalbar
masih akan diteruskan

Catatan pojok

Kesibukan menghampiri di hari jadiku.......
Hari itu tepat berangka 19. Tanggal di bulan juli tahun ini kembali mengingatkan diriku pada peristiwa dua puluhan lebih tahun silam. Tidak begitu keramat, sehingga memang tidak perlu dikenang meriah seperti orang-orang kebanyakan disekitarku. Namun pada hari dan angka tanggal 19 Juli lalu, setidaknya sebagai "time keeper" yang kembali mengingatkanku. Sebuah angka dan bulan yang ku sadari akan kembali lagi di tahun depan. Hari jadiku. Iya, hari yang biasanya menjadi puncak pelampiasan kebahagiaan bagi orang kebanyakan. Bagiku?...tentunya tidak demikian. Biasa aja, dan inilah aku.

Lain orang, tentu lain pula aku. Tentu tidak harus seperti orang. Aku yang terlahir dari buah kasih Ayah dan almarhumah ibunda tercinta, ku sadari memang berbeda. Pilihanku tidak mesti sama persis dengan yang lainnya.(bersambung)