Pecahkan gelas…..
Suatu siang di depan KOPAD,....
Suatu siang di warung Simpang Ampek Jalan Imam Bonjol Pontianak. Lelah dan lapar menghampiri diriku. Ini pula yang menjadi musabab saya memilih mampir ditempat itu persisnya bulan Juni 2008 lalu. Tanggalnya aku tak tahu. Singkat kata, seusai pesan makanan pada sang koki, saya lantas masuk warung. Meja tepi sebelah kiri masuk agak kedalam menjadi pilihanku saat itu. Sendirian ku termangu sambil menunggu pesanan nasi. Tidak seperti biasa yang semestinya masak di asrama. Kali ini saya memilih untuk makan diluar, yakni warung Simpang Ampek, Jalan Imambonjol Pontianak. Lapar sepertinya menjadi alasan yang tepat bagiku hingga sampai ditempat ini.
Seperti biasa, nasi pesananku tidak begitu istimewa. Hanya ada sayur terong goreng, sambal, nangka santan plus kuah serta lauk, ayam goreng. Ceile...baru makan dengan lauk (daging ayam) kali ini. Yah, lumayan buat menu anak kost-an (asrama) seperti aku. Juga pesan satu gelas teh es. Disekelilingku, juga ada beberapa orang tamu rumah makan Simpang Ampek yang juga sedang menikmati hidangan warung yang berada persis di depan Salon Dayak ini.
Waktupun berlalu. Makanan dipiringku telah tuntas ku santap. Begitu juga dengan teh es dingin digelas, telah kering. Dihadapanku, diatas meja kini hanya ada piring dan gelas kosong. “Lumayan lega hati ini, setidaknya rasa lapar telah terobati,” pikirku dalam hati. Sementara, aku tetap duduk. Karena harus istirahat dululah. Kala aku tengah duduk, tiba-tiba….tanggan kiri ku tergerak spontan menyentuh gelas!!! Hampir saja jatuh, namun cepat ku tepis kembali dengan tangan kiriku kearah tengah meja. Dan…akhirnya terjadi!!! Gelas, gelas… yang tadi ku gunakan untuk minum, kini pecah berkeping-keping. Yah berderai deh. Tak ada bagian tubuh ku yang terluka, namun belasan pasang mata menatap kearah ku. Juga pemilik warung, turut menatapku. Sekilas, senyum terlihat dari beberapa pasang mata yang menatapku. Aku sadar, baru jadi tontonan sejenak. Ku coba tuk tenang, dalam hati ku sontak tersenyum dengan kejadian yang tidak pernah terpikirkan olehku ini.
Sadar atas kejanian ini, ku ambil tisu untuk menyeka meja makan yang sedikit berantakan. Pecahan gelas itu ku kumpulkan perlahan. Tak ada tangan yang membantu ku. Semuanya ku kerjakan sendirian. Beberapa kali, tisu ku ambil. Yah, buat sekedar membersihkan meja. Smabil duduk tersenyum, seorang pelayan dan beberapa tamu menyapaku; “ngantuk yah?” “Nggak tahu tuh, saya juga bingung kenapa tiba-tiba bisa seperti tadi,” balasku. Semuanya ku alami terjadi spontan, dan saya maish sadar betul. Mungkin saya terlalu capek kali yah?... sehingga tidak begitu ingat kenapa bisa seperti itu? Udah deh. Biarkan itu terjadi apa adanya. “Bagaimanapun, saya pasti bertanggungjawab atas kejadian ini,” ucapku dalam hati.
Dan betul. Apa yang terucap dalam hati sungguh ku buktikan. Saya sadar betul, meski tidak ku sadari (tidak disengaja), gelas itu pecah oleh karena bersentuhan dengan tangan yang merupakan bagian dari tubuhku. “Berapa mas?” tanyaku pada kasir warung. “Sekalian dihitung harga gelas yang tadinya pecah, ya?” tambahku. Sambil tersenyum, sang kasir membalas. “Kalau untuk makan dan minumnya cuma Rp. 13.000. Tapi kalau dengan gelasnya, Rp. 18.000 saja,” jelas kasir padaku. Yah, gelas akhirnya ku bayar seharga Rp. 5.000. Nggak apa-apa. Pengalaman langka ini setidaknya menjadi catatan berharga bagi diriku. Tidak banyak yang bisa alami seperti ini. Sayapun berlalu meninggalkan warung Simpang Ampek. Dalam hati, ku masih tidak habis piker dengan kejadian tadi. Tapi udahlah…lumayan lucu. Dan aku sadar, kalau kejadian tersebut tidak lantas membuatku kapok mampir diwarung tersebut. Bagaimanapun, warung itu telah memberikan pelayanan yang baik, dimana rasa laparku terobati oleh karena makanan dan pelayanan yang diberikan. See you…..
Catatan pojok,
Kala siang di Warung Simpang Ampek
Juni 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar