Kamis, 16 Agustus 2007

Martir

Santo Thomas More
Tegas dan Teguh dalam Pendirian

by. Hendrikus Adam BR
Thomas More adalah seorang martir Inggris, negarawan dan pengacara terkenal. Ia menjadi lambang kebanggaan para pengacara. Ia lahir di London pada tanggal 6 februari 1478. Ayahnya Sir John Moore adalah seorang pengacara dan hakim pada mahkamah Kerajaan. Ibunya Agnes Granger adalah seorang ibu yang saleh. Ketika memasuki usia remaja, Thomas memulai pendidikannya di Sekolah Santo Antonius di London. Kira-kira pada tahun 1490, ia menjadi pelayan Kardinal John Morton, Uskup Agung Carterbury. Di sana ia mendapat pelajaran bahasa Yunani dibawah bimbingan William Grocyn. Setelah itu ia memasuki pendidikan dalam bidang hukum di London. Setelah menyelesaikan studi ilmu hukum itu, ia menjadi anggota parlemen pada tahun 1504.


Minatnya pada sastera klasik sangat besar. Oleh karena itu ia belajar lagi karya-karya klasik dari Aristoteles dalam bahasa Yunani. selain mahir dalam bahasa Yunani, Thomas pun mahir berbahasa Latin dan Perancis, serta ahli dibidang sejarah, ilmu pasti dan musik. Keahlian-keahliannya ini membuat dia menjadi seorang pengacara yang populer tetapi juga orang yang ragu-ragu akan penggilan imamat yang sudah lama bergolak dalam batinnya.

Atas nasihat Pastor John Colet, pembimbing rohaninya, Thomas akhirnya mengambil keputusan untuk tetap menjadi awam Katolik yang berkecimpung dalam bidang politik. Ia kemudian menikah dengan Jane Colt pada tahun 1505. Tuhan mengaruniakan kepadanya tiga orang puteri dan seorang putera. Sepeninggal isterinya Jane Colt pada tahun 1511, Thomas menikah lagi dengan Alice Naddleton, seorang janda.

Thomas benar-benar seorang awam Katolik yang beriman. Hidupnya sangat sederhana. Ia tidak pernah menerima uang semir untuk semua perkara yang ditanganinya. Ia bahkan berhasil memberantas korupsi dan kemalasan di dalam kantor pengadilan kerajaan. Sampai akhir hidupnya, ia tetap setia menjalankan tapa, doa dan renungan setiap hari. Seluruh anggota keluarganya setiap pagi diajaknya berdoa pagi dan malam. Pada waktu makan siang, mereka mendengarkan bacaan kitab suci atau riwayat orang-orang kudus. Dia sendiri setiap hari jumat merenungkan sengsara Tuhan serta berbuat amal kepada orang-orang yang berkesesahan.

Keahliannya dibidang hukum dan sastera klasik membuat dia dikenal banyak orang hingga diluar negeri. Rumahnya ramai dikunjungi orang dan menjadi tempat pertemuan para ilmuwan dan seniman dari berbagai negara. Rakyat jelata sangat menyenangi dan menghormatinya. Oleh karena itu, demi keberhasilan usahanya untuk memisahkan Gereja Inggris dari pengaruh Roma, Raja Henry VIII mengangkat dia menjadi Kanselir kerajaan. Demi menunjukkan kepatuhannya kepada raja, Thomas menerima tugas ini. tetapi tiga tahun kemudian ia mengundurkan diri sebagai protes terhadap tindakan raja Henry VIII yang ingin kawin lagi secara tidak sah dan ingin mengangkat dirinya sebagai kepala Gereja di Inggris. Ia mengasingkan diri ke pedalaman. Karena tidak menghadiri perkawinan raja dengan selirnya, maka Thomas ditangkap. Namun beberapa hari berikutnya ia dibebaskan lagi. Ia dipanggil untuk mengucapkan sumpah setia kepada raja dan semua tindakannya, terutama sumpah untuk mengakui raja sebagai Kepala Gereja di I(nggris. Ia bersama Uskup John Fischer menolak untuk bersumpah.

Bersama Uskup John Fischer, Thomas dipenjarakan lagi. Harta milik keluarganya disita. Keluarganya sangat menderita karena peristiwa itu. mereka meminta Thomas agar mengikuti saja kehendak raja seperti dilakukan banyak Uskup. tetapi Thomas menolak permintaan keluarganya itu dan tidak mau ikut main sandiwara. Ia dengan setia mengikuti bisikan suara hari dan keyakinannya.

Atas pertanyaan hakim: “Apakah engkau menganggap dirimu lebih bijaksana dan jujur daripada uskup-uskup dan pembesar-pembesar kerajaan ini?”, Thomas dengan tegas menjawab: “Meski Uskup-uskup tidak sependapat dengan aku, ada ratusan orang kudus yang mendukung aku; meski parlemenmu tidak sependapat dengan aku, aku didukung oleh konsili-konsili umum yang telah berkali-kali diadakan; meski seluruh kerajaan tidak sependapat dengan aku, seluruh kerajaan Kristen sependapat dengan aku”.

Karena ketegasannya dan pendiriannya itu, kepalanya di penggal pada tanggal 6 juli 1935. Ia mati sebagai seorang martir, seorang awam katolik yang beriman kokoh.

Sumber: Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM
Dalam karyanya “Orang Kudus Sepanjang Tahun

Tidak ada komentar: